Rabu, 24 Juni 2015

Sepi berlayar sepanjang Ajal

hatiku sudah terlalu subur jika untuk disiram dengan air mata
mataku terlanjur beku untuk menggugurkan lagi gerimis-gerimis kenangan
yang pernah terlampau pahit diseruput usia
demi kata yang pernah kutanam di sepanjang jalan do'a
Dialah yang kini ku sebut ''cinta sepanjang jalan usia''


meski habis usiaku di cabik layar waktu
kujahit do'aku di semilir angin
karena hanya do'a yang kekal
sepi hanya mampu berlayar sepanjang ajal
sayang,
tak lagi kujemput bayang-bayangMu pada ufuk matahari
yang biasa kubentang sepanjang senja yang gamang
sa'at angan begitu kusyuk memeluk cakrawala
biar hati nan namaMu kugulirkan sepanjang tebing sembahyang

Senin, 15 Juni 2015

KUMPULAN KATA-KATA MORIVASI, HIKMAH, DAN ROMANTIS

kematian terlebih dahulu membiarkanmu mendandani tubuh kesementaraanmu
merias wajah dosamu di hadapan cermin dunia yang retak
kematian terlebih dahulu mengizinkanmu menyusun keping-keping hari indahmu
sebelum ia merobohkannya dengan satu sentakan yang menyakitkan

                                                                                                      -firman nofeki-

 ingin kuselami putihnya doa | menghanyutkan dosa yang menghitami muara ruhku
ingin sekali saja | kutulikan hati dari gusarnya cinta | menyalangkan telinga kepada debar suara mautku
agar kudengar bisik "inilah dunia | tempat dimana dosa selalu menang jika yang engkau takar adalah keindahannya"

                       -firman nofeki-

di lekung langit doa yang lain
kita sibuk membumikan kerinduan masing-masing

                                                                          -firman nofeki-


 Tuhan yang menitiskan rasa cinta, teguklah ia hanya dari cawan-cawan kasihnya
dari hulu hati kuapungkan doa-doa
moga doa kita bersua di satu arus rasa yang sama.

                                                                             -firman nofeki-

 tetaplah disini
ajariku makna lisankan hati
ingatkan ! bahwa ku tak pernah sendiri
akan kuberikan kau makna memiliki yang belum pernah engkau rasai
kan kujadikan kau alasan kenapa ku harus tetap berdiri

                                                                                    -firman nofeki-

 
Dunia adalah cermin yang retak
dan kebenaran adalah kau yang berdiri didepannya
yang takkan pernah selesai mendandani wajah kefanaan dan tubuh kesementaraan
sesungguhnya dalam dirimulah tersembunyi hakikat kemanusiaan dan keutuhan dalam cermin ke ilahian


 Allah tidak akan bertanya tentang atribut lahirmu | percayalah
keturunan yang terhormat, wajah yang cantik, fisik yang indah semua hanya sepenggal Bab kehidupan yang pasti akan memiliki titik punah

                                               -firman nofeki-


 

Minggu, 14 Juni 2015

PUISI RELIGI

DI RIMBA RAKA'ATKU ADA RINDU YANG MERIMBUN SEBAGAI KAMU

Karya : Firman Nofeki

''Duhai Pemilik waktu
dari arusMu usiaku terlahir dan mengalir
pada muara mautMu aku berakhir dan menyerah''

Engkaulah dermaga
tempat ikrar perjalananku melunasi batas
rantau pulang kala jiwa tersesat di pintu dunia
Engkaulah samudera
tempat senjaku membenamkan usia
melarungkan maut yang membadai di pantai jiwa

Tuhan....

jagalah hati dan jiwa ini
seperti telah Engkau jaga planet-planet yang beredar pada tiap galaksi
menurut keteraturannya
biar tiada berbenturan akhiratku dengan dunia
sebelum akhir masa nyaris menyelesaikan lahat
sebelum aku dan waktu menyeduh pamit dari secangkir hayat

di perahu sepi
kuamini gelombang maghfirahMu


Di kedalaman sujudku
kuselami putihnya do'a
menghanyutkan dosa yang mnghitami muara ruhku
di rimba raka'atku, ada rindu yang merimbun sebagai Kamu

Engkau geriap hujan di kemarau tubuhku
akulah kegersangan angin yang memanjati tebing-tebing grimisMu

Tuhan...

di hujan ampunan tak henti kuburu gemuruhMu
kupaku telinga di pintuMu
moga kudengar Kau mengetuk
bertamu ke bilik sepi sunyiku

14-06-15


PUISI FIRMAN NOFEKI di KOMPAS

STANZA KEHILANGAN

 

''bukan waktu yang hendak menculikmu, sayang
hanya jarak yang tidak teramat lantas aku sadari telah merentang tali pemisah
hingga ke hari depan yang mustahil aku hampiri''

dengan apa akan kutiti jembatan musim yang raib ini?
sedang angin yang terus menggelitik angan telah memecah arah
sekali lagi dengan apa harus kulintasi pertemuan?
jalanan yang berliku terlalu mustahil aku datarkan
angin yang berubah arah telah mengaburkan jejak langkah
perahu yang oleng, ke seberang haluan mana hendak aku layarkan?

ke jenjang langit yang mana kepergian telah menghadangmu
gelombang udara sederas apa yang menerjang jejakmu
sungguh do'a-do'aku ingin sekali berjabat dengan rindumu
sebelum maut berkemas dalam diri
aku ingin mengeja pamit di matamu
sambil menggugurkan tidur terakhir di bahumu

sayang,
kau lihat, senja telah berlabuh
malam hitam telah mengaliri muara
rindu semkin kuat berkayuh
mencari puncak subuh terbitnya sebuah dermaga

dalam laut pahamku yang tabah
waktu menggelombang rindu

dimanakah ruang rehat antara kepergian dan keberangkatan
masa depan yang gamang dengan apa hendak ku pancang?
  jika hidup hanya serapuh bayang
benang kasih mana yang sanggup kita julurkan?
  hujan menghadang di persimpangan
lalu sisa jejak manakah yang masih utuh untuk kita satukan?

sepi menjala badai di mataku
menghalau rindu ke sudut-sudut rabunku
dengan mata senyala doa apalagi kusinari gelapnya pengembaraan?
biar terangnya harapan itu dapat kupeluk sekali lagi
mengimami hati mencari kerinduan yang hakiki
serupa gelap puisi mencari terangnya sendiri

25-03-15

Sabtu, 13 Juni 2015

Puisi Firman Nofeki di Ruang Imaji

Di sebuah Hari yang Lain

 

di setiap lapisan kulit hari yang gigil ulah angin namamu
hujan menajam menyayatkan rindu
namun mulut kita masih saja mengerangkan semacam do'a
meski pertemuan berdarah pada waktu

di bilik hari yang lain
kurapikan isi kepala yang kusut
kusimpan dalam lipatan-lipatan kenangan kemaren
di dinding ingatan
telah kubingkai namamu
dalam figura rindu paling haru

di luar jendela
hujan satu-satu mengikis waktu
namun di rimbun usiaku, Sayang
kenangan akanmu terus tumbuh
hatimu masih saja dahan tempat lukaku biasa berteduh

di taman hari yang lain
akulah kupu-kupu yang beterbangan menuju kebun matamu
sepasang sayap kasih warna-warniku memenuhi separuh penglihatanmu
separuh yang lain memekarkan bahagia untukmu

di langit hari yang lain
hatimu adalah gravitasi tempat aku biasa terjatuh tanpa memar
rindu adalah cahaya kegaiban yang takkan lekas jadi pudar
memadamkan separuh api kesadaranku
keremangan memajaskan bayanganmu
persis di dinding kepalaku
di bawah langit hari yang lain
kita sibuk membumikan kesunyian masing-masing

disebuah hari yang lain
aku sibuk menajamkan rindu
serupa jam-jam sunyi yang terus sibuk meraut jarumnya sendiri
ajari aku kejahatan membunuh luka paling sempurna
agar dapat kutawan cinta dalam puisi paling penjara
biar luka penantian itu terkapar ke dasar renungan dan kehakikian cinta ilahi

10-06-15