Minggu, 27 Maret 2016

Puisi-puisi Firman Nofeki di Padang Ekpres 27 Maret 2016


Serenada Subuh
engkau bersembunyi entah di bilangan raka’at yang mana?
di ruang zikir yang ku ucap? atau di beranda sepi do'a-do'a?
sa'at kubuka ingatan, hanya bayangmu meninta
dalam nyanyian gerimis bermelodi lenting angin
akulah sayup yang berharap sampai di pusaran batinmu

batas itu menyatu dalam lanskap do'a
sadarku mendamba
pada engkau yang kurayu dalam mata
jantung bergetar disentuhi pesona
nanar dalam rasa yang betapa
seribu makna berurat pada puisi yang kutanam dalam rindu
sampai Tuhan memekarkan senyum kita di permukaan senja

Januari,2016


Lanskap Senja

Kupetik senja dalam setampuk kecemasan
Setangkai nada memainkan kata-kata, dalam sendiriku, sintia
dalam angan yang begitu berjarak dari kepala
tabah kusiangi bayangmu
merambah segala yang ditumbuhi rindu
demi cinta, kadang kita rela melipat luka dibilik sendu
hingga dimabuk cinta membuatku tau
bahwa patah hati tidak lagi memiliki rasa
                                                                                                                       
pernahkah kau eja bahasa petualang di gua terpencil dalam jiwaku Sintia?
mencarimu ke sebuah hari yang bersilang teka-teki
namun yang mampu kujengkal hanyalah puisi
mata yang kuseka adalah bulir-bulir waktu meresapi sepi
begitulah cara luka membasuh kering peristiwa di kristal-kristal hati

maret,2016

Sabtu, 19 Maret 2016

penantian quotes


saya tahu menunggu itu melelahkan
tapi bersabarlah untuk pertemuan yang masih dirahasiakan
karena Tuhan merentangkan jarak tidak hanya sebatas ujian
ada simpul iman yang mesti kita teguhkan
agar cinta tidak terurai hanya karena satu kali sentakan...
 — firman nofeki 

Lanskap Senja

Kupetik senja dalam setampuk kecemasan
Setangkai nada memainkan kata-kata, dalam sendiriku
dalam angan yang begitu berjarak dari kepala
tabah kusiangi bayangmu
merambah segala yang ditumbuhi rindu
demi cinta, kadang kita rela melipat luka dibilik sendu
hingga dimabuk cinta membuatku tau
bahwa patah hati tidak lagi memiliki rasa
                                                                                                                      
pernahkah kau eja bahasa petualang di gua terpencil dalam jiwaku?
mencarimu ke sebuah hari yang bersilang teka-teki
namun yang mampu kujengkal hanyalah puisi
mata yang kuseka adalah bulir-bulir waktu meresapi sepi
begitulah cara luka membasuh kering peristiwa di kristal-kristal hati


maret,2016