Serenada
Subuh
engkau
bersembunyi entah di bilangan raka’at yang mana?
di ruang zikir yang ku ucap? atau di beranda sepi do'a-do'a?
sa'at kubuka ingatan, hanya bayangmu meninta
dalam nyanyian gerimis bermelodi lenting angin
akulah sayup yang berharap sampai di pusaran batinmu
di ruang zikir yang ku ucap? atau di beranda sepi do'a-do'a?
sa'at kubuka ingatan, hanya bayangmu meninta
dalam nyanyian gerimis bermelodi lenting angin
akulah sayup yang berharap sampai di pusaran batinmu
batas itu
menyatu dalam lanskap do'a
sadarku mendamba
sadarku mendamba
pada engkau yang
kurayu dalam mata
jantung bergetar disentuhi pesona
jantung bergetar disentuhi pesona
nanar dalam rasa
yang betapa
seribu makna berurat pada puisi yang kutanam dalam rindu
sampai Tuhan memekarkan senyum kita di permukaan senja
seribu makna berurat pada puisi yang kutanam dalam rindu
sampai Tuhan memekarkan senyum kita di permukaan senja
Januari,2016
Lanskap
Senja
Kupetik senja dalam setampuk
kecemasan
Setangkai nada memainkan
kata-kata, dalam sendiriku, sintia
dalam angan yang begitu berjarak
dari kepala
tabah kusiangi bayangmu
merambah segala yang ditumbuhi
rindu
demi cinta, kadang kita rela
melipat luka dibilik sendu
hingga dimabuk cinta membuatku
tau
bahwa patah hati tidak lagi
memiliki rasa
pernahkah kau eja bahasa petualang
di gua terpencil dalam jiwaku Sintia?
mencarimu ke sebuah hari yang bersilang teka-teki
namun yang mampu kujengkal hanyalah puisi
mata yang kuseka adalah bulir-bulir waktu meresapi sepi
begitulah cara luka membasuh kering peristiwa di kristal-kristal hati
mencarimu ke sebuah hari yang bersilang teka-teki
namun yang mampu kujengkal hanyalah puisi
mata yang kuseka adalah bulir-bulir waktu meresapi sepi
begitulah cara luka membasuh kering peristiwa di kristal-kristal hati
maret,2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar